Sabtu, 20 Maret 2010

BATASAN

Pneumonia dalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch).



PATOFISIOLOGI

Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme : filtrasi partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag alveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun lokal dan drainase melalui sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia : aspirasi, gangguan imun, septisemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan gangguan klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik , benda asing atau disfungsi silier.

Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatus. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan meningkatnya umur. Pada pneumonia yang berat bisa terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan gagal nafas.



DIAGNOSIS

Anamnesis

- Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan disekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunanan kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan dengan meningitis, sepsis atau ileus.

Pemeriksaan fisis

- Tanda yang mungkin ada adalah suhu ≥ 390 C, dispnea : inspiratory effort ditandai dengan takipnea, retraksi (chest indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan dinding toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronki basah halus di lapangan paru yang terkena.

Pemeriksaan penunjang

- Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.

- Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas.

- Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal.

- Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :

o Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris

o Penebalan pleura pada pleuritis

o Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel
Readmore


DIAGNOSIS BANDING PNEUMONIA

• Bronkiolitis

• Payah jantung

• Aspirasi benda asing

• Abses paru



Khusus pada bayi :

• Meningitis

• Ileus



KOMPLIKASI

- Pleuritis

- Efusi pleura/ empiema

- Pneumotoraks

- Piopneumotoraks

- Abses paru

- Gagal nafas





TATALAKSANA

1. Indikasi MRS :

a. Ada kesukaran nafas, toksis

b. Sianosis

c. Umur kurang 6 bulan

d. Ada penyulit, misalnya :muntah-muntah, dehidrasi, empiema

e. Diduga infeksi oleh Stafilokokus

f. Imunokompromais

g. Perawatan di rumah kurang baik

h. Tidak respon dengan pemberian antibiotika oral

2. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi mekanik.

3. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.

4. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap melalui selang nasogastrik.

5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal

6. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi.

7. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan penyebab Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan klinis dilakukan perubahan pemberian antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh. Lama pemberian antibiotik tergantung : kemajuan klinis penderita, hasil laboratoris, foto toraks dan jenis kuman penyebab :

• Stafilokokus : perlu 6 minggu parenteral

• Haemophylus influenzae/Streptokokus pneumonia : cukup 10-14 hari

Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular, keganasan, pengobatan kortikosteroid jangka panjang, fibrosis kistik, infeksi HIV), pemberian antibiotik harus segera dimulai saat tanda awal pneumonia didapatkan dengan pilihan antibiotik : sefalosporin generasi 3.

Dapat dipertimbangkan juga pemberian :

- Kotrimoksasol pada Pneumonia Pneumokistik Karinii

- Anti viral (Aziclovir , ganciclovir) pada pneumonia karena CMV

- Anti jamur (amphotericin B, ketokenazol, flukonazol) pada pneumonia karena jamur

- Imunoglobulin





DAFTAR PUSTAKA

1. Andriano G, Arguedas, Stutman HR, Marks MI. Bacterial pneumonias. Dalam : Kendig EL, Chernick V, penyunting. Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-5. Philadelphia : WB Saunders, 1990 : 371-80.

2. Lichenstein R, Suggs AH, Campbell J. Pediatric pneumonia. Emerg Med Clin N Am 2003; 21 : 437-51.

3. Glezen WP. Viral pneumonia. Dalam : Kendig EL, Chernick V, penyunting. Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-5. Philadelphia : WB Saunders, 1990 : 394-402.

4. Sectish TC, Prober CG. Pnemonia. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders, 2003 : 1432-5.

5. Stokes DC. Respiratory infections in Immunocompromized Hosts. Dalam : Taussig LM, Landau LI, penyunting. Pediatric Respiratory Medicine. St. Louis: Mosby Inc, 1999 : 664-81.



Lampiran 1. : Pilihan pengunaan antibiotika pada pneumonia



Umur Penyebab Pilihan antibiotik

Rawat inap Rawat jalan

< 3 bln - Enterobacteriace

(E. Colli, Klebsiella, Enterobacter)

- Streptococcus pneumonia

- Streptococcus group B

- Staphylococcus - Kloksasilin iv dan aminoglikosida (gentamisin, netromisin, amikasin) iv/im atau

- Ampisilin iv dan aminoglikosida atau

- Sefalosporin gen 3 iv (cefotaxim, ceftriaxon, ceftazidim, cefuroksim) atau

- Meropenem iv dan aminoglikosida iv/im -

3 bln - 5 thn - Streptococcus pneumonia

- Staphylococcus

- H. influenzae - Ampisilin iv dan kloramfenikol iv atau

- Ampisilin dan Kloksasilin iv atau

- Sefalosporin gen 3 iv (cefotaxim,ceftriaxon, ceftazidim, cefuroksim) atau

- Meropenem iv dan aminoglikosida iv/im - Amoksisilin atau

- Kloksasilin atau

- amoksisilin asam klavulanik atau

- Erytromicin atau

- Claritromycin atau

- Azitromycin atau

- Sefalosporin oral (Cefixim, cefaclor)

> 5 thn - Streptococcus pneumonia

- Mycoplasma pneumonia - Ampisilin iv atau

- Erytromisin po atau

- Claritromycin po atau

- Azitromycin po atau

- Kotrimoksasol po atau

- Sefalosporin gen 3 - Amoksisilin atau

- Erytromisin po atau

- Claritromycin po atau

- Azitromycin po atau

- Kotrimoksasol po atau

- Sefalosporin oral (Cefixim, cefaclor)



Lampiran 2. : Jenis obat dan dosis



OBAT DOSIS/KgBB/24 jam CARA PEMBERIAN

Ampisilin

Amoksisilin

Amoksisilin asam klavulanik

Amikasin

Azithromycin

Eritromisin

Gentamisin

Cefotaxim

Cefixim

Ceftazidim

Ceftriaxon

Cefuroksim

Clarithromycin

Kloramfenikol

Kloksasilin

Kotrimoksazol

Meropenem

Netromisin 50-100 mg

30-75 mg

30-75 mg

15 mg

7,5-15 mg

50 mg

5-7 mg

50-100 mg

5 mg

50-100 mg

50 – 100 mg

25-50 mg

15-30 mg

50 -100 mg

50 mg

6 mg (TMP)

30-50 mg

5-7 mg/kg im/iv, 4x/hari

po/im/iv, 3-4x/hari

po, 3-4x/hari

im/iv, 1x/hari

po, 1x/hari

po, 4x/hari

im/iv, 1-2x/hari

iv, 3-4x/hari

po, 2x/hari

im/iv, 2-3x/hari

im/iv, 1-2x/hari

iv/oral, 3-4x/hari

po, 2x / hari

iv/oral, 4x/hari

im/iv, 4x/hari

po, 2x/hari

iv, 3x/hari

im /iv, 1x/hari







Lampiran 3. : Sistem Skoring Pernafasan



0 1 2

Sianosis (-) (+) pada udara kamar (+) pada 40% O2

Aktifitas otot-otot pernafasan tambahan (-) Sedang Nyata

Pertukaran udara Baik Sedang Jelek

Keadaan mental Normal Depresi/gelisah Koma

Pulsus paradoksus (Torr) < 10 10-40 >40

PaO2 (Torr) 70-100 ≤ 70 pada udara kamar ≤ 70 pada 40% O2

PaCO2 (Torr) < 40 40-65 > 65



Skor :

0-4 : tidak ada bahaya

5-6 : akan terjadi gagal nafas → siapkan UGD

≥ 7 : gagal nafas

0 komentar :

Posting Komentar