Senin, 29 Maret 2010

Pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia telah mendekati target Millenium Development Goals (MDGs).
Pada tahun 2008 prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per 100.000 penduduk, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222 per 100.000 penduduk.
Sementara itu, angka kematian TB pada tahun 2008 telah menurun tajam menjadi 38 per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 1990 sebesar 92
per 100.000 penduduk. Hal itu disebabkan implementasi strategi DOTS di Indonesia telah dilakukan secara meluas dengan hasil cukup baik.

Pada tahun 2009 angka cakupan penemuan kasus mencapai 71 % dan angka keberhasilan pengobatan mencapai 90 %. Keberhasilan ini perlu ditingkatkan
agar dapat menurunkan prevalensi, insiden dan kematian akibat TB. Demikian sambutan Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saat membuka
Seminar Sehari TB dalam rangka peringatan Hari TB Sedunia 2010. Hadir dalam acara ini Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat, Pejabat Eselon I dan II Jajaran Pemerintah, Kepala Perwakilan WHO, Ketua PPTI (Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia)
serta undangan lainnya.
Readmore

Walaupun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam Penanggulangan TB di Indonesia, tapi tantangan masalah TB ke depan masih besar.
Terutama dengan adanya tantangan baru berupa perkembangan HIV dan MDR (Multi Drugs Resistancy) TB. Menkes menyadari TB tidak bisa diberantas oleh Pemerintah atau jajaran kesehatan saja, tetapi harus melibatkan dan bermitra dengan banyak sektor.

“Hal ini memotivasi kita untuk meningkatkan upaya Penanggulangan TB jika ingin menanggulangi TB secara tuntas dan mencapai target MDG tepat waktu. Untuk itu perlu lebih
ditingkatkan kemitraan dengan berbagai pihak”, tegas Menkes.Menurut Menkes, peningkatan koordinasi dan sinkronisasi Program Penanggulangan TB di antara para pemangku kepentingan dan mitra harus dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian demi tercapainya target Penanggulangan TB di Indonesia.

TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia
adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009
adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Dalam pada itu kerugian ekonomi akibat TB juga cukup besar.Tanggal 24 Maret diperingati sebagai World TB Day atau Hari TB Sedunia.
Peringatan ini untuk mengingatkan bahwa TB telah ditemukan sejak lama, yaitu lebih dari 100 tahun yang lalu, obatnya juga telah ditemukan sejak 50 tahun yang lalu, tetapi kasusnya masih tetap menjadi ancaman dunia. Bahkan, tahun 1993 masyarakat dunia menyatakan TB sebagai kedaruratan dunia.
Tahun 1995 Indonesia menerapkan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) sebagai strategi penanggulangan TB yang direkomenasikan WHO. Strategi ini diterapkan sebagai Program TB Nasional di berbagai negara termasuk Indonesia.
Peringatan Hari TB Sedunia (HTBS) tahun ini di tingkat global mengambil tema On the Move Againts Tuberculosis, Innovate to Accelerate Action yang menggambarkan kebutuhan adanya inovasi baru untuk melakukan akselerasi upaya strategis melawan TB.
Di Indonesia tema tersebut diterjemahkan menjadi Inovasi dengan slogan Tingkatkan Inovasi, Percepat Aksi melawan Tuberkulosis.
Strategi yang direkomendasikan untuk mengendalikan TB (DOTS = Directly Observed Treatment Shortcourse) terdiri dari 5 komponen yaitu komitmen pemerintah untuk mempertahankan kontrol terhadap TB ; deteksi kasus TB di antara orang-orang yang memiliki gejala-gejala melalui pemeriksaan dahak ; pengobatan teratur selama 6-8 bulan yang diawasi ; ketersediaan obat TB yang rutin dan tidak terputus ; dan sistem laporan untuk monitoring dan evaluasi perkembangan pengobatan dan program.
Selain itu, rencana global penanggulangan TB didukung oleh 6 komponen dari Strategi Penanggulangan TB baru yang dikembangkan WHO, yaitu mengejar peningkatan dan perluasan DOTS yang berkualitas tinggi, menangani kasus ko-infeksi TB-HIV, kekebalan ganda terhadap obat anti TB dan tantangan lainnya, berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan, menyamakan persepsi semua penyedia pelayanan, memberdayakan pasien TB dan masyarakat serta mewujudkan dan mempromosikan penelitian
Namun tantangan baru yang ada mengharuskan semua pihak bergerak lebih cepat dan inovatif dengan memperkuat jejaring pelayanan bagi pasien TB dengan semangat kemitraan baik dengan berbagai sektor pemerintah, swasta maupun lembaga masyarakat. Hal ini sangat penting untuk mendukung keberhasilan program dalam melakukan ekspansi maupun kesinambungannya.
RS Muhammadiyah Lamongan sebagai salah satu rumah sakit swasta yang berperan dalam program pemerintah tersebut, bertekad memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.
 

0 komentar :

Posting Komentar